nitnotmedia – Cabang streaming musik NetEase mendorong penawaran umum perdana di Hong Kong setelah dilaporkan sempat tertunda di awal tahun ini.
NetEase awalnya mengajukan daftar Cloud Village pada bulan Agustus. Beberapa laporan pada saat itu mengatakan bahwa NetEase menunda IPO karena gejolak pasar.
Dilansir dari CNBC, pada hari Selasa, perusahaan mengajukan prospektus yang direvisi ke bursa saham Hong Kong yang menunjukkan bahwa mereka akan melanjutkan pencatatan.
Sebelumnya, saham teknologi China terpukul karena Beijing memperkenalkan banyak peraturan baru selama setahun terakhir di berbagai bidang mulai dari privasi data hingga anti-trust yang membuat banyak investor lengah.
Dimana Cloud Village menjalankan bisnis streaming musik NetEase dan perusahaan mengatakan memiliki 185 juta pengguna aktif bulanan.
Pendapatan untuk sembilan bulan yang berakhir 30 September naik 51,5% YoY menjadi 5,1 miliar yuan ($799,6 juta). Pendapatan Cloud Village terutama berasal dari langganan, iklan, dan saat pengguna membeli barang virtual di platformnya.
Namun, perusahaan masih sangat tidak menguntungkan karena berfokus pada peningkatan jumlah pengguna dan konten sambil berjuang melawan layanan streaming musik saingan Tencent.
“Meskipun basis penggunanya terus meningkat, Cloud Village dapat terus mengalami kerugian kotor dan bersih serta arus kas keluar operasional bersih di masa mendatang, termasuk untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2021, karena investasinya yang berkelanjutan dalam konten, teknologi, inisiatif pemasaran serta penelitian dan pengembangan,” kata perusahaan itu dalam pengajuan ke bursa saham Hong Kong.
Seperti diketahui, perusahaan induk Cloud Village, NetEase, adalah salah satu raksasa game China dan ingin berkembang secara internasional melalui game-game terkenal termasuk judul “Lord of the Rings” dan “Harry Potter”.